Perilaku konsumen online adalah fenomena menarik, bisa menjadi alat memperoleh kesuksesan bisnis atau justru menghacurkan bisnis yang sudah establish. Keengganan pelaku usaha konvensional untuk mempelajari perubahan perilaku konsumen kan menjadikan mereka kehilangan daya saing. Memang benar menurut Nielsen penetrasi belanja online baru 2 % dari seluruh total omzet retail, tetapi tahukah anda bahwa angka 2 % itu hanya di hitung dari transaksi yang terjadi secara online, aktivitas2 onliline yang mendorong terjadinya transaksi siluar platform online luput dari perhatian, padahal sejatinya faktor inilah yang akan merubah cara berbelanja di era modern. Bagi koperasi.net data2 ini sangatlah penting untuk nantinya bisa dijadikan landasan pengembangan bisnis online anggota.
Perilaku Konsumen Online Pertama
Riset Dulu Belanja Kemudian, itulah yang dilakukan konsumen saat ingin membeli sebuah produk. Sebuah riset yang di lakukan couponrani yang berbasis di India 92 % konsumen melakukan riset terhadap produk yang akan mereka beli secara online meskipun kemudian mereka membelinya secara offline. Apa yang meraka lakukan? 54 % diantaranya membandingkan harga. Beberapa produk yang saya ujiboba menunjukan fenomena ini, bahkan untuk konteks Indonesia prosentase banding harga ini lebih dominan. Peringkat berikutnya sebanyak 20 % konsumen akan membaca feedback dan review, diikuti kemudian sebanyak 18 % membandingkan dengan produk sejenis dan sebanyak 8 % do nothing.
Tiga bulan terakhir saya melakukan ujicoba terhadap beberapa produk yang sangat potensial. Dari tiga Performance indicator yang saya gunakan ada beberapa produk menunjukan CTR, Lead rade dan Closing rate yang sangat baik ada juga yang menunjukan CTR sangat baik, Lead sangat bagus tetapi closing underrate. Produk terakhir yang saya ujicoba memiliki CTR paling bagus, biaya paling murah tetapi lead nya sangat buruk, benar- benar buruk. Fakta2 diatas bukan berarti produk yang saya ujicoba tidak memiliki potensi, kami justru memiliki data tentang berbagai karateristik produk yang akan menjadi winner product jika manajemen akuisisi pelangganya tepat.
Prof Rhenal Kasali menyebut terjadinya shifting dari offline ke online, namun dalam konteks ini yang bergeser bukan dimana transaksi itu terjadi tetapi cara konsumen memperoleh informasi tentang produk yang akan mereka beli baru kemudian memutuskan akan membeli dimana. Depkominfo memiliki data sendiri terkait banyaknya konsumen yang melakukan riset produk sebelum membeli. Menurut data th 2016 kominfo menyebutkan bahwa 77 % pengguan internet melakukan pencarian informasi online terhadap produk yang akan mereka beli.
Perilaku Konsumen Online Kedua
Online lebih dipilih. Fakta lain yang muncul dari riset couponrani, ternyata jika produk yang sama tersedia secara online dan offline maka sebanyak 62 % akan memutuskan membelinya secara online sisanya baru akan mengambilnya secara offline. Saya sendiri berpendapat tidak semua produk memiliki karakteristik yang sama. Untuk produk fashion, tiket dan juga produk2 kosmetik yang nilainya tidak sangat besar dan kualitasnya bisa di crosschek melalui review pengguna maka prosentase diatas boleh jadi mendekati benar, tetapi untuk produk2 tertentu maka prosentase offline akan jauh lebih besar. yang sudah pasti dilakukan konsumen adalah mencari informasinya secara online.
Booming bisnis online diperkirakan terjadi pada th 2020. Lonjakan e-ccommerce yang nilainya diperkirakan hingga 130 juta US akan menjadikan pasar offline semakin tergerus. Kondisi ini kan menjadi semacam bom waktu bagi pebisnis konvensional. Saat ini memetakan mana bisnis berbasis lokal dan tidak adalah hal yang sangat penting. Saya ambil contoh produk jasa, permintaan akan jasa online akan semakin tinggi dan postioning SDM dalam konteks jasa adalah SDM lokal, maka pebisnis jasa lokal akan memiliki peluang untuk berkembang.
Membangun brand dan memulai pondasi platform online harus segera dimulai saat ini juga, jika tidak maka th 2020 gelombang pemain e-commerce akan menyapu setiap ceruk pasar yang saat ini masih terbuka lebar. Menisi ceruk2 pasar sambil terus memperbesar kemampuan kompetisi adalah mutlak di perlukan untuk bisa eksis dimasa datang. Sumber data lain yang bisa digunakan adalah studi yang dilakukan bersama antara SWA, MARS dan Idea
Bagi anda pelaku bisnis online, memahami perilaku pelanggan online adalah sebuah kewajiban, dengan demikian maka kita bisa menentukan bagaimana manajemen akuisisi yeng tepat serta menjaga retensi pelanggan.
Online Vs Ofline Siapa Menang
Statista membuat sebuah pernyataan yang menarik. Toko Ofline masih jauh dari kematian tetapi ecommerce terus tumbuh. Ditengah gegap gempitanya penjualan daring faktanya konsumen masih lebih banyak yang lebih memilih bergbelanja produk secara offline. Bahkan beberapa surbey menyebutkan lebih dari 70 % diantaranya konsumen di negara2 maju tetap ingin berbelanja seraca offline. Di Amerika misalnya 70 % konsumen lebeih suka berbelanja di toko offline amazon (jika ada) daripada di amazon.com, tidak heran jika kemudian amazon mulai membangun bric mortar store nya.